Menabung memang kebiasaan baik yang harus dilakukan semua orang. Namun tak banyak yang mengetahui bahwa jika tujuan Anda jangka panjang, menabung justru adalah tindakan yang berbahaya. Anda tidak percaya? Simak ilustrasi di bawah ini!
Sumber: Courtesy of QM Research* |
Andien, single, berusia 30 tahun, menghabiskan Rp2 juta per bulan untuk biaya hidupnya. Setiap bulan, Andien sanggup menyisihkan Rp1 juta untuk dana pensiunnya nanti. Andien sadar, dengan pekerjaannya sekarang, dia tak akan mendapatkan jumlah dana pensiun yang mencukupi dari kantornya. Untuk itu, Andien mulai rutin menabung agar ia tetap dapat menikmati gaya hidup yang sama seperti sekarang meskipun saat pensiun nanti dia tak lagi bekerja dan digaji seperti sekarang.
Jika Andien akan pensiun di usia 55 tahun, maka saat itu diperkirakan dia akan memiliki tabungan sebesar Rp446 juta. Padahal, saat pensiun biaya hidupnya tidak lagi sama dengan biaya hidup ketika masih berusia 30 tahun. Mengapa? Inflasi sebesar rata-rata 7% per tahun akan membuat biaya hidupnya naik dari tahun ke tahun. Saat Andien pensiun, biaya hidupnya sudah merangkak ke angka Rp11 juta per bulan. Jadi, total dana pensiun Andien agar ia dapat menikmati gaya hidup yang sama seperti ketika dia masih bekerja adalah sebesar Rp3,1 miliar.
Dengan tabungan yang “hanya” berjumlah Rp446 juta, dia hanya dapat bertahan selama 42 bulan atau 3 tahun 6 bulan saja. Bagaimana dengan sisa masa pensiun Andien pada 26,5 tahun berikutnya? Reaksi yang kebanyakan muncul ketika kondisi ini terjadi:
“Saya akan tetap bekerja meski sudah pensiun!”
“Saya yakin anak-anak saya tidak akan menelantarkan saya nantinya..”
Fakta berikut ini dijamin akan membuat Anda gigit jari dan berpikir ulang:
65% pensiunan di Indonesia tak mampu mencukupi kebutuhan hidupnya.
80% pensiunan di Indonesia ingin kembali bekerja untuk menyambung hidup tetapi hanya 20% saja yang dapat bekerja kembali.
Jadi, menabung adalah tindakan yang berbahaya untuk tujuan finansial jangka panjang (di atas 15 tahun) dan berisiko Anda tak bisa pensiun alias harus kembali bekerja demi sesuap nasi. Saat pensiun, kesempatan Anda untuk bekerja sangat kecil karena harus bersaing dengan mereka yang masih usia produktif.
Menabung memang aman karena dijamin oleh LPS, namun sayang angkanya pun dijamin tak cukup untuk pensiun. Mengapa? Ini disebabkan karena kenaikan tabungan hanya 3% per tahun sedangkan biaya hidup (inflasi) naik rata-rata 7% per tahun. Daya beli uang Anda menurun terus per tahunnya.
Untuk keperluan jangka panjang, Anda sebaiknya berinvestasi, bukan menabung, dalam instrumen investasi seperti reksadana saham atau saham, dengan rata-rata imbal hasil per tahun 20% hingga 25%. Meskipun instrumen tersebut berisiko, risiko itu dapat diminimalisasi dengan panjangnya periode investasi. Ukurlah profil risiko Anda sebelum menentukan produk investasi yang tepat agar Anda tetap nyaman saat berinvestasi.
Untuk ilustrasi di atas, Andien memiliki opsi berikut:
Andien seharusnya menabung Rp7 juta per bulan agar ia dapat memenuhi keperluan dana pensiunnya. Andien memerlukan amunisi besar untuk menabung atau harus berhemat secara ekstrem. Atau Andien bisa memulai meningkatkan wawasan finansialnya dan berinvestasi di reksadana saham atau saham dengan hanya menyisihkan Rp200 ribu saja per bulannya.
Nah, Anda masih mau “nekat” menabung untuk tujuan jangka panjang seperti dana pensiun?
Sumber
No comments:
Post a Comment